Jumat, 23 Juli 2021

Penyelidikan IPA

 

A. Pengertian IPA

IPA adalah ilmu yang mempelajari segala sesutu yang berada di sekitar kita baik yang hidup maupun yang mati.

Di dalam menemukan konsep-konsep IPA, maka para ilmuwan melakukan kegiatan penyelidikan yang disebut observasi (pengamatan). IPA berkembang melalui proses penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan harus melalui langkah-langkah yang terencana dan sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian tersebut dinamakan metode ilmiah.

Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan (dari pemecahan masalah dan mengetahui penyebabnya) secara sistematis sehingga dapat diperoleh simpulan yang dapat dipercaya (valid).

Langkah-langkah Metode Ilmiah

1. Melakukan observasi awal

Obervasi dilakukan untuk mengamati keadaan awal objek penelitian, menganalisis sifat-sifat objek yang diteliti.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah kegiatan menemukan dan menentukan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

3. Merumuskan hipotesis (dugaan sementara)

Hipotesis adalah membuat rumusan awal (prediksi) terhadap hasil dari permasalahan yang diangkat.

4. Melakukan eksperimen

Eksperimen adalah melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesis, dengan mengendalikan variabel-variabel penelitian.

5. Melakukan analisis hasil

Analisis hasil dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah dibuat, untuk mengetahui apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan yang terjadi atau tidak.

6. Menarik simpulan

Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik simpulan yang menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat dan jelas.

B. Proses Penyelidikan IPA

Proses penyelidikan IPA meliputi tiga tahap, yaitu pengamatan, membuat inferensi, dan mengkomunikasikan.

1. Pengamatan

Pengamatan adalah proses mengumpulkan data dan informasi tentang benda yang sedang diselidiki.

Pengamatan dapat dilakukan dengan bantuan indera manusia maupun alat. Misalnya mengamati perubahan warna larutan dapat dilakukan dengan indera penglihatan (mata), atau melakukan pengamatan terhadap bakteri menggunakan bantuan mikroskop.

2. Membuat Inferensi

Membuat inferensi artinya adalah merumuskan penjelasan berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan pada saat pengamatan.

Penjelasan tersebut digunakan untuk menemukan hubungan antar aspek yang diamati dan membuat hipotesis (dugaan sementara).

3. Mengkomunikasikan

Setelah semua penjelasan dirumuskan dengan baik, langkah berikutnya adalah mengkomunikasikan hasil penyelidikan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Data-data pendukung yang dapat dikomunikasikan, misalnya tabel, grafik, bagan atau gambar.

C. Objek IPA

Objek yang dipelajari dalam IPA adalah seluruh benda di alam dengan segala interaksinya untuk dipelajari pola- pola keteraturannya.

Objek IPA dapat berupa benda berukuran sangat kecil (mikroskopis), misalnya bakteri, virus, dan atom atau benda yang berukuran sangat besar seperti lautan, bumi, dan tata surya.

D. Bagian-Bagian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikelompokkan menjadi empat bagian sebagai berikut.

1. Fisika

Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek mendasar alam, seperti materi, energi, cahaya, gerak panas dan berbagai gejala fisik alam lainnya.

2. Kimia

Kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai materi dan perubahannya serta interaksi antar materi yang satu dengan materi yang lain.

3. Biologi

Biologi adalah cabang IPA yang mempelajari sistem kehidupan mulai dari ukuran yang kecil sampai dengan lingkungan yang sangat luas.

4. Ilmu Bumi dan Antariksa

Ilmu Bumi dan Antariksa merupakan cabang IPA yang mempelajari tentang asal mula bumi, perkebangan dan keadaannya saat ini, bintang, planet dan berbagai benda langit lainnya.

Tugas untuk dikerjakan siswa!
coba ceritakan kegunaan belajar IPA berdasarkan pengalamanmu dalam kehidupan sehari-hari !
tugas tersebut di tulis di kertas kemuadian di foto di kirim melalui WA ke pak muliono

jika materi diatas kurang jelas kalian bisa simak video berikut ini : 




Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel

 

Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel

Tapi…….bagaimana ya jika ternyata jarak Taman Safari lebih dari 2 km dari rumah Luna. Maka berapa jarak Taman Safari ke rumah Ayu? Inilah yang disebut dengan pertidaksamaan nilai mutlak linear satu variabel.






Sifat – Sifat Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak Linear Satu Variabel

Berdasarkan nilai yang diperoleh dari persamaan dan pertidaksamaan nilai mutlak di atas, sifat – sifat nilai mutlak dapat dirangkum sebagai berikut:

Untuk a > 0, berlaku:

  1. \left | x \right | = a jika dan hanya jika x = a atau x = -a.
  2. \left | x \right | < a jika dan hanya jika -a < x < a.
  3. \left | x \right | > a jika dan hanya jika x < -a atau x > a

Contoh soal pertidaksamaan nilai mutlak pada linear satu variabel:

Sama halnya dengan persamaan nilai mutlak, pada pertidaksamaan nilai mutlak pun terdapat dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama jika Taman Safari berada di sebelah kiri atau mengarah pada sumbu negatif, maka pertidaksamaan nilai mutlak nya ialah:

|𝓧 – 6| > 2

        – (𝓧 – 6) > 2

            -𝓧 + 6 > 2

    -𝓧   > 2 – 6

    -𝓧 > -4

    𝓧    > 4

Kemungkinan kedua jika Taman Safari berada di sebelah kanan atau mengarah pada sumbu positif, maka pertidaksamaan nilai mutlak nya ialah:

|𝓧 – 6| < 2

              𝓧 – 6 < 2

              𝓧 – 6 < 2

    𝓧   < 2 + 6

     𝓧 < 8

    𝓧    < 8 

Maka, jawaban jarak rumah Ayu dengan Taman Safari adalah {4 > x < 8}








Kamis, 22 Juli 2021

Dimensi Tiga

Dimensi Tiga

Dimensi Tiga I: Bangun Ruang Beraturan

1. Kubus

Kubus merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh 6 bujur sangkar yang saling kongruen. Keenam bujur sangkar disebut sisi kubus dan garis yang menjadi perpotongan dua sisi kubus disebut rusuk kubus. Kubus memiliki 12 rusuk yang sama panjang.

bangun ruang kubus

  • Volume kubus: V =s^3
  • Luas permukaan: L = 6.s^2

2. Balok

Balok memiliki 6 sisi dimana masing-masing sisi yang berhadapan saling kongruen. Balok memiliki 12 rusuk dengan 3 kelompok panjang yang berbeda yaitu p, l, dan t seperti dibawah:

dimensi tiga balok

  • Volume: V = P \times l \times t
  • Luas permukaan: L = 2(p.l + p.t + l.t)

3. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang memiliki 2 bidang yang sejajar dan kongruen yang disebut penampang. Bidang yang menghubungkan kedua penampang disebut selimut prisma.

prisma segitiga, segiempat, dan segilima

  • Volume: V = luas alas \times tinggi
  • Luas permukaan: L = (2 \times luas alas) + keliling \times tinggi

4. Limas

Limas merupakan bangun ruang yang terdiri dari satu bidang alas dan selimut bangun yang berbentuk bidang-bidang segitiga. Satu titik dari masing-masing segitiga saling bertemu di sebuah titik disebut titik puncak limas.

volume dan luas permukaan dimensi tiga limas

  • Volume: V = \frac{1}{3}
  • Luas permukaan: L = luas alas + luas selimut

5. Silinder

Silinder merupakan bangun ruang yang memiliki 2 bidang penampang berbentuk lingkaran yang sejajar dan kongruen. Bidang selimut silinder merupakan bidang persegi panjang yang dilengkungkan secara mulus mengikuti keliling bidang lingkarannya.

bangun ruang silinder tabung

  • Volume: V = (\pi r^2) \times t
  • Luas permukaan: L = (2 \times luas alas) + luas selimut

6. Kerucut

Kerucut merupakan bidang ruang yang terdiri dari satu bidang alas lingkaran dan sebuah titik puncak dengan selimut bidang berbentuk juring lingkaran dan busurnya dilengkungkan semulus keliling lingkarannya.

volume dan luas permukaan kerucut

  • Volume: V = \frac{1}{3}(\pi r^2) \times t
  • Luas permukaan: L = luas alas + luas selimut

Luas permukaan: L = \pi r^2 + \pi rs = \pi r(r + s)

7. Bola

Bola merupakan bangun ruang yang tidak mempunyai bidang alas dan titik pojok. Bola merupakan himpunan titik dalam dimensi tiga yang memiliki jarak sama terhadap satu titik tertentu yang disebut pusat bola. Jarak pusat bola ke titik-titik permukaan lingkaran disebut jari-jari bola.

dimensi tiga bola

  • Volume: V = \frac{4}{3}(\pi r^3)
  • Luas permukaan: L = 4\pi r^2

Dimensi Tiga II: Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang

1. Kedudukan titik terhadap garis

Sebuah titik dapat terletak di sebuah garis atau di luar garis. Jika titik terdapat di sebuah garis maka jarak titiknya 0 dan jika titik terletak di luar garis jaraknya dihitung tegak lurus terhadap garis.

kedudukan titik terhadap garis

Contoh, pada gambar di atas diketahui sebuah titik B terhadap garis g. Titik B memiliki jarak terhadap garis g sejauh garis putus-putus (B ke B’) dimana B’ merupakan proyeksi tegak lurus titik B pada garis g.

2. Kedudukan titik terhadap bidang

Sebuah titik dapat terletak di sebuah bidang atau di luar bidang. Jika titik terdapat di sebuah bidang maka jarak titiknya 0 dan jika titik terletak di luar bidang jaraknya dihitung tegak lurus terhadap bidang.

dimensi tiga kedudukan titik terhadap bidang

Contoh, pada gambar di atas diketahui sebuah titik P terhadap bidang v. Titik P diluar bidang v sehingga memiliki jarak terhadap bidang v sejauh garis tegak (P ke P’) dimana P’ merupakan proyeksi tegak lurus titik p pada bidang v.

3. Kedudukan garis terhadap garis

Dua buah garis dapat dikatakan sebagai berikut :

  • Berpotongan, jika kedua garis bertemu di sebuah titik
  • Berhimpit, jika seluruh titik yang dilewati garis g juga dilewati garis h
  • Sejajar, jika kedua garis berada pada bidang yang sama dan tidak akan bertemu pada suatu titik
  • Bersilangan, jika masing-masing garis berada pada bidang yang saling bersilangan tegak lurus

kedudukan garis terhada garis

4. Kedudukan garis terhadap bidang

  • Terletak pada bidang, jika seluruh garis berada pada bidang sehingga seluruh titik pada garis saling berhimpit dengan titik-titik pada bidang. Tidak ada jarak antara garis dan bidang.
  • Sejajar bidang, jika seluruh titik pada garis memiliki jarak yang sama terhadap Misal jarak titik A di garis terhadap titik A’ di bidang adalah sama dengan jarak titik B di garis terhadap titik B’ di bidang.
  • Memotong bidang, jika garis dan bidang saling tegak lurus.

kedudukan garis terhadap bidang5. Kedudukan bidang terhadap bidang

  • Berhimpit, jika seluruh titik yang ada di bidang \alpha berada pada bidang \beta.
  • Sejajar, jika seluruh titik pada kedua bidang berada pada jarak yang sama.
  • Berpotongan, jika kedua bidang bertemu di sebuah garis.

kedudukan bidang terhadap bidang sejajar berimpit berpotongan

Contoh Soal Dimensi Tiga dan Pembahasan

Contoh Soal 1: Jarak Titik dengan Garis

Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Tentukan jarak antara titik F dengan diagonal ruang BH.

Pembahasan

contoh soal dimensi tiga jarak titik terhadap garis

BF = 4

FH = \sqrt{EF^2 + EH^2} = \sqrt{4^2 + 4^2} = 4\sqrt{2}

BH = \sqrt{FH^2 + BF^2} = \sqrt{(4\sqrt{2})^2 + 4^2} = 4\sqrt{3}

Jarak titik F dengan garis BH sama dengan panjang garis PF. Jika luas segitiga BHF diketahui

Luas BHF = \frac{1}{2}PF \times BH atau Luas BHF = \frac{1}{2}BF \times FH, maka:

\frac{1}{2}PF \times BH = \frac{1}{2}BF \times FH

PF \times BH = BF \times FH

PF = \frac{BF \times FH}{BH}

PF = \frac{4 \times 4\sqrt{2}}{4\sqrt{3}}

PF = \frac{4}{3}\sqrt{6 cm}

Contoh Soal 2: Volume Bangun Ruang

Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Titik P dan Q berturut-turut terletak pada pertengahan FG dan HG. Perpanjangan garis BP, DG dan CG berpotongan di titik T. Tentukan volume limas T.BCD.

Pembahasan

contoh soal volume bangun ruang

pembahasan soal

Untuk lebih jelas silakan simak video berikut ini :